Human Papillomavirus (HPV)

Posted on 02 Okt 2022


Human Papillomavirus (HPV)

Human Papillomavirus (HPV)

Adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi di permukaan kulit, serta berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi virus ini ditandai dengan tumbuhnya kutil pada kulit di berbagai area tubuh, seperti lengan, tungkai, mulut, serta area kelamin. Infeksi virus HPV bisa menular melalui kontak langsung dengan kulit atau hubungan seks dengan penderita. Sebagian besar infeksi HPV tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. Namun, diperkirakan sekitar 70% dari kasus kanker serviks di dunia disebabkan infeksi virus ini.Infeksi HPV dapat dicegah dengan menjalani vaksinasi HPV. Selain itu, risiko tertular infeksi virus HPV juga dapat diturunkan dengan tidak bergonta-ganti pasangan.

Penyebab dan Faktor Risiko HPV

Virus HPV hidup dalam sel permukaan kulit yang masuk melalui luka di kulit. Penyebaran infeksi HPV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit penderita. Sebagian besar virus HPV menimbulkan kutil di kulit, sedangkan sebagian lainnya dapat memasuki tubuh melalui hubungan seksual. Ibu hamil juga bisa menularkan virus ini pada bayinya saat persalinan.

Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko infeksi virus HPV, yaitu:

  1. Sering berganti pasangan seksual
  2. Memiliki daya tahan tubuh yang lemah
  3. Memiliki luka terbuka di kulit
  4. Menderita penyakit menular seksual, seperti gonore atau chlamydia
  5. Berhubungan seksual secara anal (melalui dubur)

Gejala HPV

Infeksi virus HPV sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, pada beberapa kasus, virus ini dapat bertahan hingga menimbulkan gejala berupa tumbuhnya kutil di permukaan kulit, seperti di lengan, tungkai, wajah, dan kelamin. Berikut ini adalah ciri-ciri kutil di kulit sesuai dengan area tumbuhnya:

  • Kutil di bahu, lengan, dan jari tangan

Kutil yang tumbuh di area ini berbentuk benjolan yang terasa kasar dan dapat terasa sakit serta rentan mengalami perdarahan.

  • Kutil di telapak kaki (plantar warts)

Kutil di telapak kaki berbentuk bejolan keras dan terasa kasar sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman saat menapak.

  • Kutil di daerah wajah

Kutil di wajah memiliki permukaan yang datar (flat warts). Pada anak-anak, kutil di wajah lebih sering muncul di daerah rahang bawah.

  • Kutil kelamin

Kutil kelamin berbentuk seperti kembang kol dan bisa tumbuh pada kelamin wanita atau laki-laki. Selain di kelamin, kutil juga bisa tumbuh di dubur dan menimbulkan rasa gatal.

Diagnosis HPV

Infeksi HPV dapat dilihat melalui munculnya kutil di kulit. Namun, seperti telah disebutkan di atas, kutil bisa saja tidak tumbuh di kulit. Infeksi HPV pada kelamin wanita berisiko menyebabkan kanker leher rahim atau kanker serviks. Untuk melihat adanya infeksi HPV yang berisiko mengakibatkan kanker serviks, dokter dapat melakukan pemeriksaan berikut:

  • Tes inspeksi visual asam asetat (IVA)

Prosedur IVA dilakukan dengan meneteskan cairan khusus asam asetat pada area kelamin. Jika mengalami infeksi HPV, warna kulit akan berubah menjadi putih.

  • Pap smear

Pap smear bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi serviks yang mengarah pada kanker akibat infeksi HPV. Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel serviks untuk selanjutnya diperiksa di laboratorium.

  • Tes HPV DNA

Tes HPV DNA dilakukan untuk mendeteksi adanya unsur genetik (DNA) dari virus HPV yang berisiko tinggi menimbulkan kanker serviks.

Pengobatan Infeksi HPV

Sebagian besar kasus HPV dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati. Namun, bagi yang telah terdiagnosis mengalami infeksi HPV, terutama wanita yang mengalami kutil kelamin, dokter kandungan akan menganjurkan pemeriksaan kembali dalam waktu 1 tahun. Kunjungan ulang ke dokter ini bertujuan untuk mengetahui apakah penderita masih terinfeksi HPV dan adakah perubahan sel pada serviks (leher rahim) yang berisiko menimbulkan kanker serviks. Sedangkan untuk mengobati kutil yang muncul akibat infeksi HPV, tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:

Pemberian obat oles

Untuk kutil di kulit, dokter dapat memberikan obat oles yang berisi asam salisilat. Asam salisilat berfungsi mengikis lapisan kutil secara bertahap.

Pengangkatan kutil

Jika obat oles tidak berhasil menghilangkan kutil, dokter dapat menghilangkan kutil dengan cara berikut:

  • Krioterapi, yaitu membekukan kutil dengan cairan nitrogen
  • Kauter, yaitu pembakaran kutil dengan aliran listrik
  • Operasi
  • Terapi sinar laser

Berbagai penanganan terhadap kutil ini tidak dapat membunuh virus HPV sehingga kutil dapat tumbuh kembali selama virus masih ada di dalam tubuh. Hingga saat ini tidak ada pengobatan yang dapat membunuh HPV.

Komplikasi HPV

Meski demikian, upaya penanganan wajib dilakukan. Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi HPV dapat menyebabkan komplikasi berupa:

  • Luka di mulut dan saluran pernapasan atas

Luka ini dapat timbul di lidah, tenggorokan, laring, atau hidung.

  • Kanker

Beberapa jenis kanker yang dapat timbul adalah kanker serviks, kanker anus, dan kanker pada saluran pernapasan atas. Perlu diketahui, gejala kanker serviks pada stadium awal biasanya tidak khas, bahkan bisa tidak bergejala sama sekali.

  • Gangguan kehamilan dan persalinan

Komplikasi ini bisa terjadi pada wanita hamil yang menderita infeksi HPV dengan kutil kelamin. Selain itu, infeksi HPV juga berisiko menyebabkan kondisi lain, seperti erosi serviks. Perubahan hormon dapat membuat kutil kelamin menyebar dan menghalangi jalan lahir. Pada beberapa kasus, kutil tersebut juga dapat mengalami perdarahan dan menularkan infeksi HPV ke bayi saat dilahirkan.

Pencegahan Infeksi HPV

Langkah utama untuk mencegah infeksi HPV adalah melakukan vaksinasi HPV. Vaksin HPV menjadi salah satu vaksin wajib dalam program imunisasi nasional, untuk mencegah infeksi HPV yang bisa menyebabkan kanker serviks.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan, berikut ini adalah anjuran pemberian vaksin HPV:

  1. Anak perempuan usia di bawah 9–13 tahun dianjurkan untuk menjalani dua kali vaksinasi HPV dengan selang waktu 12 bulan
  2. Perempuan usia di atas 13–45 tahun disarankan untuk menjalani tiga kali vaksinasi HPV, dengan jarak waktu 2 bulan antara vaksinasi pertama dan kedua, serta 6 bulan antara vaksinasi kedua dan ketiga

Perlu diketahui, pemberian vaksin ini digratiskan khusus bagi anak perempuan usia 9–13 tahun. Pemberian vaksin dilakukan tiap bulan Agustus melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Tidak hanya pada wanita, vaksinasi juga perlu dilakukan pada pria untuk mencegah penyebaran HPV. Pria dan wanita usia 27–45 tahun yang belum pernah menerima vaksin HPV juga dapat melakukan vaksinasi yang berjenis 9-valen.

Di samping vaksinasi, terdapat sejumlah langkah pencegahan yang dapat dilakukan, di antaranya:

  1. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, agar jika ada infeksi HPV bisa cepat terdeteksi dan segera ditangani
  2. Tidak menyentuh kutil secara langsung dan segera mencuci tangan jika tidak sengaja menyentuhnya
  3. Melakukan hubungan seksual yang aman, antara lain dengan tidak bergonta-ganti pasangan dan selalu menggunakan kondom
  4. Memakai alas kaki ketika beraktivitas di luar rumah agar tidak tertular infeksi HPV di tempat umum.

Referensi

  • Wahidin, M., & Febrianti, R. (2020). Gambaran Pelaksanaan Program Vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) di Dua Puskesmas di Kota Jakarta Pusat Tahun 2020. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 24(3), pp. 182–91.
  • American Cancer Society (2020). HPV and HPV Testing American Cancer Society (2020).
  • HPV Vaccines. Centers for Disease Control and Prevention (2021). Human Papillomavirus (HPV). HPV Infection.
  • Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
  • World Health Organization (2017). Immunization, Vaccines and Biologicals. Human papillomavirus (HPV).
  • Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. HPV infection.
  • Gabbey, A. Healthline (2021). Everything You Need to Know about Human Papillomavirus Infection.
  • Pugle, M. Healthline (2018). Adults 27 to 45 Can Now Get HPV Vaccination. Will Infection Rate Drop?
    Nazario, B. WebMD (2020). HPV.